Does Happiness lie in diamond ring?

Foto rada tidak nyambung. (Sumber: facebook)

Does Happiness lie in diamond ring?

Satu kalimat yang jawabannya gabisa spontan. Harus duduk tenang, tarik nafas dalam, tutup mata, dan ulang pertanyaannya. Does it?

Kisah pengantar tidur masa kecil selalu ditutup dengan, akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia… selamanya. A happy ending story. Almost all of them.
Does it?

Tapi kenapa marak kasus kekerasan dalam rumah tangga? Kenapa masih ada perceraian? Lalu kalau cinta tidak bertahan selamanya, arti kata selamanya dipakai untuk apa?

Mengambil beberapa sudut pandang. Pernikahan akan selalu jadi langkah besar dalam hidup. Mungkin bisa disebut, salah satu pencapaian yang paling disoroti orang lain. Apalagi, tau sendiri lah hidup bersosialisasi di Indonesia. Umur kepala dua aja yang ditanyain netizen ga jauh-jauh dari, KAPAN NIH? Belum lagi kalau, umur udah seperapat abad, pacar sering kerumah kelihatan tetangga, anak tetangga sebelah lulus SMA langsung ada yang lamar tuh. Udeh, tebel-tebelin aja kuping.

Padahal, ada loh pencapaian lain yang bisa diperhatikan selain pernikahan. Misalnya, menyelesaikan pendidikan (loh, tapi ka ini sama aja konteksnya bagi netizen).

Menurut psikolog, entah siapa muuv banvet aku lupa. Manusia dalam umur dewasanya, 18 sampai 40 tahun, punya Development Tasks yang harus dicapai, dengan tujuan agar merasa fullfill gitu hidupnya. Menurut buku yang kubaca juga, manusia itu emang dilengkapi dengan sifat ingin dianggap penting, alias gasuka diremehkan. Untuk itu, manusia berusaha mencapai Develompment Tasks ini. Demi dirinya sendiri sebenernya. Tapi, karena pergeseran zaman, budaya, netizen, dan hal-hal rumit lainnya, tujuannya jadi blur, tekanannya lebih terasa berat. Padahal, kalem aja bos.

Ah, Development Tasks itu diantaranya tuh Memilih Pasangan, Hidup bersama pasangan, Membentuk Keluarga Cendana (mauuu dong), Membesarkan anak, Mengelola atau mempertahankan rumah tangga, Memilih Karir professional, Memperluas networking, dan yang terakhir Bertanggung jawab sebagai warga negara.

See? Ga segalanya tentang pernikahan. Setelah menikah, hidup kamu ga otomatis tambah mudah, katanya hidup berdasarkan review para kolega yang sudah lebih dulu ijab. Ya tapi gajadi tambah susah juga ko, jangan fokus sama bad things sampai melupakan good things-nya. Yang perlu dipahami, menikah bukan jalan pintas, sama sekali bukan.

Karena tugas-tugas diatas tadi, mau gamau, walau hanya keinginan tipis, manusia pasti punya keinginan untuk mencapai dan memenuhinya. Hanya prioritasnya yang berbeda kan, yang mana yang mau dicapai duluan ya terserah. Yang mana porsinya lebih besar juga terserah.

Kita punya timeline kehidupan masing-masing, dengan usaha terbaik masing-masing, dengan takdir yang sudah ditetapkan dan tidak akan tertukar.

Ingat, setelah menikah, mungkin kita akan memutuskan untuk membangun keluarga. Punya anak, belajar yang banyak untuk membesarkan anak. Jadikan anak-anak kita generasi unggul yang membanggakan. Tidak mau bukan, kelak anak-anak kita mengalami kesulitan yang pernah kita rasakan? Kasihan juga, kalau nanti dunia makin jahat gimana? Gimana anak-anak kita bisa bertahan?

Mencari pasangan yang akan kita ajak hidup bersama dalam waktu yang mungkin… lama. Ya cari dengan serius, iringi doa, minta petunjuk. Semoga kita ga salah pilih ya!

Samakan visi-misi pernikahan. Walaupun katanya, jodoh itu saling melengkapi. Kalau ternyata dia penganut bumi datar gimana? :( repot bun, candaaaa

Hindari perdebatan, karena ngabisin waktu dan energi. Lebih enak punya banyak kesamaan dan vibrasi yang ga terlalu jauh.

Kalo menurutku ya, beberapa point krusial yang perlu kita tahu dan tanyakan dari pasangan guna menyelaraskan persepsi dan keinginan tuh perlu dikaji dan dibikin list tersendiri. ((Niat bangetttt dah)). Pastinya akan berbeda untuk setiap pasangan. 

Tapi sebelum ke point, yang ga kalah penting juga, pahami karakter pasangan, ga ada manusia yang sempurna, tapi kalo kita sudah paham setidaknya bisa mengecilkan kemungkinan masalah dan sudah kebayang solusinya.

Cari tau bahasa cinta masing-masing juga penting, supaya kita dan pasangan lebih tau apa yang hubungan kita dibutuhkan agar selalu selaras. Nanti ini kubikin post tersendiri ya.

Yuk, bahas point krusial apa aja yang perlu di diskusikan!! 
1. Finansial status.
Darimana sumber penghasilan? Apakah ada hutang? Apakah ada aset? Apakah menafkahi ortu atau adik-adik? Apakah bersedia menabung dan melek ilmu finansial? Setelah nikah, siapa atur uang? Istri boleh bekerja? Gajinya istri bebas istri gunakan, atau harus dipakai untuk menunjang kebutuhan keluarga?
2. Medical check up dan konsultasi psikolog pranikah.
Bersedia tidak? Karena harganya lumayan mahal. Kalo tidak bersedia, kenapa? Apa alasannya?
3. Untuk resepsi.
Apakah harus melibatkan keluarga besar dalam mengambil keputusan? Jika iya, boleh bilang tidak mau? Apakah mau acara besar atau sederhana saja? Mau diadakan dimana? 
4. Hunian.
Setelah menikah tinggal dimana? Boleh tidak membawa ortu? Bersedia tidak jika tinggal dengan mertua? Jika tidak, boleh tidak diatur kita tetanggaan sama ortu?
5. Anak.
Mau langsung punya atau tidak? Gimana kalo ga dikasih anak? Gimana kalo perempuannya belum mau punya anak? Kalo dalam setahun belum dikasih anak dan sama-sama pengen punya anak, bersedia ga buat program dengan serius kedua belah pihak?
6. Cara mendidik anak.
Ah ini w juga belom ngerti. Tapi harus dibahas. Kalo bagiku, nomor satu itu mental anak yang bahagia dan kasih pendidikan terbaik. Biarin gapunya mobil istilahnya, yang penting sekolah anak bagus.
7. Apalagi dong, bingung :(
8. Nanti tambah lagi ya. Segitu dulu cukup kali ya. Point-point krusial menurutku. Kalian bisa bikin sesuai dengan keinginan dan preferensi kalian.

Yah, bagi yang sedang mencari dan memantaskan diri, semangat berproses ya. Semoga kelak, disandingkan dengan pasangan yang terselip dalam doa-doa baiknya. Selamat belajar mempersiapkan segala sesuatu, jangan lupa bahagia.

Menanyakan dan memvalidasi hal-hal yang saya sebutkan sebelumnya itu bukan untuk 'batal' loh ya. Anggaplah sebagai persiapan untuk merancang tujuan bersama yang akan dihadapi dalam waktu yang insyaAllah lama. Segala sesuatu tanpa konflik dan perdebatan bukannya lebih selaras dan menenangkan?

Jadikan pertanyaan krusial itu sebagai sarana untuk melatih keterbukaan komunikasi dan keterikatan emosional secara utuh. Bukan sebagai ajang audisi. Didn't we want to growing together? Bicarakan. Selaraskan.

Ya tanyakan hal-hal krusial tersebut hanya kepada orang yang sudah kamu yakini sepenuh hati. Yakali juga baru PDKT ditanya gituan. Mundur bos. Hahaha

Udah segitu aja.

Abis ini mau bahas drama korea Flower of Evil. Serem banget guys asli parah. Tapi belum selesai nonton, harap nantikan ya hahaha.

Review sedikit deh, jadi ada pasangan suami istri, udah 14 tahun menikah, punya anak umur 6 tahun. Lalu ternyata, suaminya ini pake identitas palsu guys :( pusing ga sih. Mana cakep banget si Lee Jung Ki. Hahahaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Rachel Vennya Kita Belajar.... apa?

Cerita tentang 2020: Tahun yang aneh

Perjalanan Mengenal Diri