Sebuah tiket yang disebut Kehidupan
Baru 10 hari di tahun 2021 kita sudah
dikejutkan dengan berita duka jatuhnya Sriwijaya Air kemarin sore di sekitar
pulau Laki. Masih gugus kepulauan seribu. Hilang kontak setelah 4 menit
mengudara, dan dinyatakan hilang kemudian. Hari ini, Minggu (10/01) seluruh
kanal berita baik televisi maupun sosial media sedang menampilkan perkembangan
musibah ini secara terus-menerus.
Semoga segera ada kabar baik, sekecil
apapun itu.
Ini bukan musibah jatuhnya pesawat yang
pertama kali di Indonesia, namun mendengar berita jatuhnya pesawat bukan lah
hal umum dan biasa saja. Tidak berhubungan langsung pun membuat badan lemas dan
bulu kuduk merinding mendengar kabarnya. Tidak terbayang bagi keluarga yang
sedang menunggu kedatangan keluarganya di bangku tunggu kedatangan penumpang,
kemudian mendapat berita pesawat yang dinaiki keluarganya hilang kontak dan
jatuh. Innalillahi… semoga keluarga diberi ketabahan dan korban diberi tempat
terbaik.
Kecelakaan pesawat fatal tidak
sesering itu terjadi, memang seharusnya begitu, namun ketika hal ini terjadi,
seluruh negeri dibuatnya terkejut. Pesawat yang harusnya mendarat di bandara
tujuan telah hilang. Bangkainya pun belum terlihat sampai sekarang.
Sebagai manusia kita hanya bisa
berdoa yang terbaik.
Membayangkan meninggal mendadak dan
ditinggal mendadak sungguh membuat hati tidak enak. Semoga kita semua diberi
kesempatan mengucap selamat tinggal sebelum tiket kita di dunia ini habis.
Kemarin, saya baru selesai nonton
film Soul dari disney. Mengisahkan tentang perjalanan seorang guru musik yang
akhirnya mendapat kesempatan untuk tampil di panggung bersama grup jazz
terkenal, yang sudah Ia cita-citakan selama hidupnya. Namun, dia mati mendadak.
Filmnya bercerita melalui jiwa si
guru seperti judulnya, Soul. Bagaimana Ia tidak menerima kematian mendadaknya
dan bagaimana dia berusaha keras untuk kembali hidup ke dunia.
Belum selesai saya memikirkan makna
film ini yang menurut saya sangat bagus, sore hari kemarin nonton berita sudah
dengar kabar tentang musibah jatuhnya pesawat. Oh, hidup tidak berenti memberi
kejutan. Tapi terkadang kita lupa kejutan bisa jadi menyenangkan bisa juga
menyesakkan dada.
Perjalanan udara Jakarta-Pontianak yang seharusnya hanya 1.5 jam itu berujung petaka. Pesawat itu hilang,
tenggelam kedalam ketiadaan. Serpihannya pun belum ditemukan. Keluarga yang
sedang menunggu pun harus menunggu lebih lama. Menunggu entah sampai kapan.
Nasip dan juga takdir manusia
seutuhnya milik Sang Maha Kuasa.
Jangan menyepelekan kabar, terlebih
untuk keluarga dan orang terdekat. Kabar secuil pun akan menjadi bermakna jika
menjadi yang terakhir kalinya. Kepergian mendadak lebih memilukan bagi mereka
yang ditinggalkan.
Pagi tadi masih bertukar pesan lewat
whatsapp, membahas senin besok sudah waktunya membersihkan tanki penampung air.
Pesan receh yang tidak mungkin dilakukan ketika senin esok tiba.
Sepuluh menit sebelum pesawat
mengudara mungkin ada yang berniat memberi kejutan, ‘Sampai ketemu 1.5 jam lagi,
udah di pesawat ni.’ Si penerima pesan girang bukan main, namun apadaya, takdir
berkata lain. Itu menjadi pesan terakhir dari Si pengirim.
Mungkin ini tidak pantas ditanyakan bagi pemeluk agama mayoritas seperti saya. Tapi sejak lama saya cukup sering memikirkan pertanyaan ini. Setelah meninggal, apakah kita menjadi arwah? Apakah ada kehidupan lain setelah kita meninggal? Afterlife is sound sooooo far. Kita bicara tentang alam akhirat, masa penghakiman, masa hisab amal perbuatan, surga dan neraka?
Jika takdir kita meninggal dalam
situasi mendadak, apakah kita berhak tidak terima? Apakah arwah kita bisa
mengajukan kesempatan kedua?
Kematian mendadak terlalu merinding
untuk dibayangkan. Menyedihkan. Tragis.
Semoga seluruh penumpang pesawat diberi
ketenangan dan meninggalkan dunia dengan ikhlas. Keluarga juga kerabat yang
ditinggalkan diberi ketabahan dan juga keikhlasan.
Kita tidak pernah tahu kapan kita
mati, berbuat baik selalu dari hari kemarin. Maknai hidup adalah anugrah yang
harus disyukuri. Jalani dengan baik, nikmati tiket yang disebut kehidupan ini
dengan suka cita. Kita tidak tahu masa berlaku tiket ini, masa berlakunya bisa
habis kapan saja tanpa peringatan.
Pesawat itu tidak pernah sampai tujuan.
Yang menunggu di ujung bandara tidak akan pernah bertemu yang ditunggu.
'Sampai ketemu nanti' tidak berubah menjadi pelukan hangat pertemuan.
Semoga kelak dipertemukan kembali di alam lain.
Life is good. It is.
Hargai setiap pertemuan, hargai segala sesuatu lebih tepatnya. Ketika hilang penyesalan kita bukan kepada karena kita tidak menghargainya.
Komentar
Posting Komentar